Wednesday, March 28, 2007

Mencari Energi-Sebuah Ulasan

5sisivisual beberapa hari yang lalu memosting sebuah desain visual bertajuk Mencari Engeri. Berlatar dominan warna hijau muda, Mencari Energi memvisualkan seseorang dari arah belakang dengan tangan kanan di bagian belakang kepala, seperti lazimnya tingkah seseorang yang sedang berpikir atau mengingat-ingat tentang sesuatu. Yang menarik, kepala orang tersebut bukan kepala biasa, melainkan sudah diganti dengan bohlam.

Desain tersebut memang layak untuk menjadi cover sebuah tabloid yang menyoal energi. Visualisasi tersebut sesuai dengan tema dan menampakkan kejelian desainernya dalam menangkap dan meniris fenomena, sehingga sampai pada noumena. Istilah-itilah tersebut, tak bisa dihindari, mengingatkan kita pada Edmund Husserl, bapa agung fenomenologi.

Bagi Husserl, pengetahuan sebagai sebuah tindakan mengerti yang bertanggung jawab, artinya disertai dengan sebab-sebab yang valid, hanya bisa dicapai dengan fenomonelogi. Dipengaruhi Hume, Husserl merumuskan bahwa indera kita tidak mencerap benda pada dirinya sendiri (das ding an sich), melainkan hanya gejala-gejalanya. Dengan memusatkan daya akal budi kepada inventarisasi dan sintesis atas gejala-gejala itu, pengetahuan yang benar dapat tergapai.


Bertolak dari aksioma Husserl, maka kita bisa memolakan desain tersebut sebagai berikut. Ada noumena, yang kelangkaan energi atau ancaman kelangkaan energi, dan subyek yang kebingungan atau memertanyakan soal itu adalah fenomenanya, atau gejala-gejala dari kelangkaan energi itu. Tentu saja, subyek tersebut hanya merupakan salah satu gejala. Namun, karena yang bertanya atau memersoalkan adalah spesies manusia, maka gejala-gejala yang tepat untuk diamati adalah gejala-gejala yang dimunculkan oleh manusia.

Maka, visual manusia dari arah belakang yang tampak seperti sedang menggaruk-garuk kepala (berbentuk bohlam), merepresentasikan subyek yang bertanya itu. Dengan demikian, desain ini boleh jadi bersifat humanis, artinya ia berusaha memerlihatkan sisi hakiki atau yang melekat pada diri manusia dan tak tertolak, yakni kemampuan mengambil jarak dengan noumena dan fenomena (realitas), dan kalau perlu memertanyakannya.

(Ada lanjutannya, tapi tunggu, saya harus membuka semiologi Barthesian dulu. Saat ini saya sudah lupa)--The Heart of The World.

No comments: